Jumat, 01 September 2017

Sebuah rumah dalam mimpiku

Kemaren sore saat ngobrol sama anak-anak, terlintas suara hujan samar-samar. Rupanya anak kedua tidak sengaja menyalakan aplikasi suara hujan di smartphoneku. Rindu sekali dengan hujan. Bahkan ketika seorang taman lama bertanya apakah semalam hujan, aku tidak sadar menjawab: 'Iya semalam hujan'

Padahal semalam langit cerah. 


Aku rindu hujan. 

Padahal tidak benar-benar berpisah karena sesekali mendung lewat mendekat dan hinggap sebentar, meski tidak mengutus hujan turun. Tak mengapa. Hampir setiap malam, aku mampir rumah yang hujan selalu turun tapi tidak banjir karena memang itu fungsi rumah cuma menenangkanku. Saat lelah seharian dan kutidur, app Suara Hujan (Rain Sound) mulai nyala, aku pun lepas ke alam mimpi, dan mampirlah di rumah hujan, meski cuma sebentar sekedar meletakkan payung ke tempatnya dan duduk di tepian jendela yang basah -- beberapa menit saja.

Entah rumah siapa yang aku kunjungi, tapi sudah menjadi default kalau ku penat dalam tidur aku langsung menuju rumah itu meski kadang aku harus lewati sederetan adegan mimpi yang melelahkan dan bertele-tele. Ketika sampai di depan kompleks di mana rumah itu berada, aku langsung melesat, berlari cepat, berlomba dengan gangguan mimpi yang bakal membuatku terjaga. Aku buru-buru masuk, melempar sepatu dan ...

... seperti biasa, ruangan bernuansa hitam, putih, abu-abu dan minimalis menyambutku; kemudian sebuah kursi dan meja kecil menghadap jendela yang dihiasi guyuran air hujan. Saat melepas lelah dan duduk di kursi, aku berharap, 'Aku bisa di sini untuk beberapa hari saja'; dan harapan menguap, mimpiku lepas, aku pun terjaga.

--- 

Hahahaha ya sudah. Sudah pagi, mari bermain lagi (^_^)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar